PREMATUR ~ Kedokteran dan Kesehatan

Monday, September 3, 2018

PREMATUR

1.   Pengertian Bayi Prematur
 Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm 31).

 2. Etiologi
 Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya:
 (a)    Faktor ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung / penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang melelahkan, merokok;
 (b)      Faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini;
 (c)      Keadaan sosial ekonomi yang rendah (Prawirohardjo, 2006, hlm. 775)

 3. Masalah pada Bayi Prematur
 Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti : (a) suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya; (b) Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin/ sfingomielin kurang dari dua), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable thorax). Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin atau respiratory distress syndrome (RDS) dan aspirasi pneumonia. Di samping itu sering timbul pernafasan periodik (periodic breathing) dan apnea yang disebabkan oleh pusat pernafasan di medulla belum matur; (c) Gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi : distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi; (d) Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbillirubinemia dan defisiensi vitamin K; (e) Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit, urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis metabolik; (f) perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh, kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, dan faktor Chrismas; (g) Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma glubolin, bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baek; (h) Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan (Prawirohardjo, 2006, hlm. 776-777).

0 comments:

Post a Comment