TAK SEBURUK YANG KU KIRA ~ Kedokteran dan Kesehatan

Tuesday, August 16, 2016

TAK SEBURUK YANG KU KIRA

TAK SEBURUK YANG KU KIRA

Kisahku berawal saat aku memulai mencari perguruan tinggi untuk masa depanku. Sebelumnya kenalin aku Groho mahasiswa Pendidikan Dokter semester 2 di salah satu perguruan tinggi swasta favorit di Jogja. Udah tau belum ? Ya bener sekali UMY lah kampusku. Aku berasal dari kota di sudut barat Jawa Tengah yang khas dengan bawang merahnya dan telur asin. Tau ngga nih ? Kasih tau aja deh ya bener Brebes lah kota asalku. Aku anak ke-2 dari 3 bersaudara. Kakaku sudah bekerja di salah satu bank BUMN di Tegal dan adiku masih bersekolah kelas 3 SD di desa tempat tinggalku. bapaku hanya seorang pegwai di salah satu BUMN perkebunan di Jawa Tengah. Sedangkan ibuku hanya seorang pedagang. Di sini aku akan menceritakan masa laluku sekaligus menyalurkan hobiku menulis.
            Saat dulu aku mencari perguruan tinggi aku tidak pernah terfikir untuk berkuliah di Jogja, ibarat di persenkan 1 persenpun ngga ada niat sama sekali walaupun salah satu dari 3 universitas terbaik di indonesia. Mungkin itu ya karena pandangan dari teman-temanku bahwa Jogja ini walaupun kota pelajar tapi juga kota yang pergaulanya bahaya. Terutama yang aku takutin sih ya yang banyak cewe sudah ngga virgin lagi. Jadi susah untuk mencari jodoh. Sebenarnya sih bukan masalah itu aja yang mbuat aku ngga pengin kuliah di Jogja, tapi memang keinginan akulah yang pengin kuliah di bandung yang udaranya sejuk dan dingin. Apalagi waktu dulu aku mampir di perguruan yang aku inginkan keinginan itu rasanya bergebu-gebu untuk ngga sabar masuk ke fakultas yang aku inginkan yaitu pendidikan dokter di universitas itu.
Saat awal Januari tahun lalu aku ditawarkann sama dosen BK untuk mendaftar di PTS di daerah Semarang dan di Jogja salah satunya UMY. Ya waktu itu sih aku masih agak santai untuk mencari kampus masa depanku. Namun karena saran teman dan keluarga akhirnya aku mencoba untuk mendaftar di UMY lewat PMDK. Walaupun saat itu aku masih berfikir kalau tidak di terima juga ngga papa, masih banyak kampus yang mau menerimaku bicaraku dengan Percaya Dirinya. Akhirnya pengumuman pun tiba, alhamdulillah aku di terima di Pendidikan Dokter UMY dari satu sekolahku hanya aku yang diterima, aku sendiri pun bingung. Padahal menurutku masih banyak temenku yang lebih pinter dan nilainya lebih bagus dari pada aku. Ya mungkin ini sudah takdir tuhan bahwa aku diterima di UMY. Akhirnya aku pun cerita ke orang tuaku, orang tua juga alhamdulillah bangga dan seneng anak laki-laki pertamanya bisa menjadi dokter, sampai bilang ngga usah ndaftar-ndaftar lagi udah di situ aja.
Aku yang masih tidak puas dengan kampus UMY, akhirnya mencoba untuk mendaftar di kampus keinginanku di daerah Bandung lewat jalur undangan. Namun kehendak berkata lain aku gagal di terima di kampus tersebut. Namun itu masih belum membuat aku menyerah aku pun mencoba untuk ke-2 kalinya lewat jalur tulis. Saat pengumuman namaku alhamdulillah ada, namun jurusan saat aku diterima berbeda dari yang aku inginkan yaitu pendidikan dokter.
Aku pun berusaha berfikir tenang dan memikirkan bagaimanakah jalan terbaiknya. Karena perguruan tinggi merupakan masalah yang krusial, terutama berhubungan dengan masa depan. Dari keluargaku terutama ibu hanya berpesan apapun yang kamu ambil ibu pasti doain yang terbaik. Namun jawaban itu malah membuatku tambah bingung dan tak karuan. Berbeda pendapat dari bapaku beliau malah menyarankan untuk mengambil di UMY saja selain islami juga karena UMY juga tidak kalah berkualitasnya dari pada perguruan tinggi lainya. Beliau juga bilang bahwa dokter itu masih sangat di butuhkan di masyarakat apalagi di desa-desa terpencil. Beliau juga bilang bahwa yang terpenting bukanya dari mana atau alumni mana kita berasal tapi adalah kualitas dari pribadi masing-masing  dan seberapa besar kita dapat membantu masyarakarat, yang akhirnya dapat di terima di masyarakat. Pesan dari bapa sayalah yang mengukuhkan hati saya untuk melanjutkan sekolah di kampus tercinta UMY.
Saat pertama kali aku berangkat kuliah di FKIK aku pun merasakan senang dan bangga bisa masuk di salah satu fakultas favorit di UMY dengan prodi pendidikan dokter. Saat itu aku tidak punya teman sama sekali, dengan adaptasi yang lumayan cepat akhirnya aku pun memiliki banyaka teman. Pengalaman berkesanku saat minggu pertama masuk adalah pertama kalinya aku melihat organ-organ dalam tubuh dan mayat yang sudah di formalin yang tidak bisa di ekspresikan dengan kata-kata begitu menakutkanya dan mengerikan sekaligus mengesankan. Sampai satu hari setelah aku melihat kadaver aku tidak nafsu makan yang berhubungan dengan daging dan sebagainya.
Akhirnya hari-hari menjadi mahasiswa kedokteran pun aku lalui. Ternyata tidak mudah yang aku bayangkan menjadi mahasiswa kedokteran sedih, susah, cape, dan pusing itulah makanan sehari-hari menjadi mahasiswa kedokteran. Walaupun banyak orang luar mengira bahwa mahasiswa kedokteran itu keren, ganteng, cantik, dan enak tentunya. Walaupun ada senang, sedih, manis dan pahit, aku bangga menjadi mahasiswa kedokteran UMY.
Sempat aku membandingkan Pendidikan Dokter di UMY dengan pendidikan dokter di tempat lain. Namun ternyata tidak terlalu beda proses pendidikan dokter di UMY dari pada universitas lain. Hanya beda dosen dan fasilitas saja menurutku. Namun dari sekian perbandingan tadi menurutku lebih utama adalah kesadaran diri kita masing-masing. Karena sebagai seoarang dokter itu tidak mudah dan membutuhkan pengorbanan berupa waktu yang lebih lama baik untuk belajar maupun kuliahnya. Oleh karena itu perlulah kita mengatur waktu dengan baik agar target yang sudah kita inginkan bisa terwujud tanpa adanya hambatan apapun.
Akhirnya aku sadar bahwa universitas hanyalah pengantar membawa keberhasilan kita dimanapun kita berada entah itu peringkat 1 dunia itu tergantung individu masing-masing mengembangkanya. Banyak lulusan universitas ternama nganggur dan banyak pula universitas yang biasa-biasa saja dapat membawa anak didiknya menjadi orang yang luar biasa. Apalagi sebagai seorang dokter, entah itu lulusan universitas ternama bila tidak dapat membaur terhadap masyarakat tentunya dokter tersebut juga tidak disegani masyarakat. Bahkan masyarakat pada umumnya tidak peduli terhadap alumni kita berasal yang dibutuhkan masyarakat hanya masalah kesesuaian atau kecocokan masyarakat terhadap dokter yang di inginkan. Apalagi jurusan pendidikan dokter di UMY yang termasuk bagus dan baik dari sekian universitas yang ada pendidikan dokter di Indonesia. Oleh karena itu aku bangga menjadi bagian dari mahasiswa UMY yang nantinya di bekali dengan ajaran agama yang tentunya lebih di segani oleh masyarakat. Maka dari itu janganlah memandang orang dari luarnya lihatlah orang dari isinya.


0 comments:

Post a Comment