Ginjal II (Proses Pembentukan Urin) ~ Kedokteran dan Kesehatan

Friday, August 19, 2016

Ginjal II (Proses Pembentukan Urin)

Proses Pembentukan Urin


  • Aliran darah ginjal (Renal Blood  Flow=RBF) diukur dengan
    •  - secara langsung         --> flowmeter
    • - secara tidak langsung--> metode klirens  (Clearance) Inulin, P.A.H dan Kreatinin
  • RPF = Jml zat yg diekskresi ginjal/mnt dibagi beda kdr zat dlm arteri & vena renalis
 Syarat zat untuk menghitung RBF (Renal Blood Flow) :
   - tidak dimetabolisme tubuh
   - disekresi (-) dan direabsorpsi (-)
   - tidak meracuni
   - tidak disimpan di ginjal
   - difiltrasi sempurna
   - mudah dianalisa

Ada 3 PROSES PEMBENTUKAN URIN

1. FILTRASI OLEH GLOMERULUS
2. REABSOPSI OLEH TUBULUS (terbesar di tubulus proksimal)
3. SEKRESI OLEH TUBULUS




PEMBENTUKAN URIN

  • Kecepatan ekskresi urin = laju filtrasi - laju reabsorpsi + laju sekresi
  • Zat difiltrasi bebas, mis : kreatinin
  • Zat difiltrasi bebas tetapi sebagian direabsorpsi , mis: elektrolit.
  • Zat difiltrasi bebas, ekskresi(-),semua direabsorpsi, mis : AA, glukosa
  • Zat difiltrasi bebas , Reabsorpsi (-), zat cepat dibersihkan dari darah dan diekskresi dalam jumlah besar di urin.

     FILTRASI GLOMERULUS

  • GFR = Kp ( (Pb. Pc) – a )

    Kp = konstante
    Pb = tekanan hidrostatik kapiler
    Pc = tekanan hidrostatik kapsula Bowmani
    a = tekanan koloid osmotik plasma
  • Kapiler glomeruli  kapiler lain 
    • Tekanan hidrostatik dipertahankan tetap
    • Permeabilitas tinggi (50x kapiler otot)
    • Luas permukaan glomerulus sangat luas
    • Filtrasi terjadi bila tekanan darah kapiler glomerulus > jumlah tekanan osmotik plasma dan tekanan kapsula Bowmani.
    • Jika tekanan darah aorta turun 40-50 mmHg urin tidak terbentuk.
    • BM < 70.000 dapat difiltrasi glomerulus
    • Klirens (Clearance) : jumlah plasma darah yang dibersihkan dari suatu zat oleh ginjal dalam satu  satuan waktu.

             Cx = Ux . V
                         Px













 SEKRESI DAN REABSORPSI TUBULUS

  • Reabsorpsi tubulus :
    • Tidak adanya zat tertentu dalam urin
    • Sedikitnya volume urin dibandingkan banyaknya filtrat glomerulus
  • Mekanisme Reabsorpsi dan sekresi tubulud : 
    • Pinositosis : protein, Asam amino
    • Transport pasif : air
    • Transport aktif  

       Reabsorpsi glukosa
  • Transport aktif
  • Normal kadar glukosa plasma : 80-120 mg%
  • Terjadi di permulaan tubulus proksimalis
  • Nilai ambang glukosa terhadap ginjal 300 mg%
  • Transport glukosa dalam tubulus tidak dipengaruhi insulin
  • Hampir semua reabsorpsi partikel larutan di tubulus proksimal, kecuali reabsorpsi Na pada semua tubulus renalis kecuali pada  pars ascendens ansa Henle. 

        Ekskresi air
  • Filtrasi glomerulus : 180 liter/hari
  • Urin yang terbentuk : 1 liter/hari
  • Urin pekat : air ditimbun melebihi larutan (garam).
  • Urin encer : air dilepaskan dari tubulus melebihi larutan garamnya
  • Reabsorpsi aktif di bagian permulaan tubulus proksimalis bersifat isotonis
  • Pars ascendes ansa Henle impermeabel terhadap air, Na aktif dipompa keluar dari filtrat larutan bersifat hipertonis
  • Filtrat di tubulus distalis bersifat hipotonis.
  • Osmolalitas dan volume filtrat di tubulus distali tergantung pada vasopresin menaikkan permeabilitas sel tubulus  distalis, duktus kolektivus terhadap air menyebabkan  urin sedikit dan pekat.

  Mekanisme “COUNTER-CURRENT”
  • Mekanisme pemekatan urin = perbedaan kenaikkan osmolalitas menyebabkan aktivitas ansa henle sebagai  “counter-current multiplier dan vasa rekta sebagai “counter-current exchanger” dan kemudian proses pasif tergantung pada difusi air dan Na 

   Faktor-faktor yang mempengaruhi  konsentrasi urin
  • Diuresis air menyebabkan kenaikkan tekanan osmotik efektif plasma memacu ekskresi vasopresin (ADH).
  • Intoksikasi air menyebabkan diuresis maksimal (aliran urin 16 ml/menit > minum >> lama plasma hipotonis > intoksikasiair
  • Ekskresi ureum menyebabkan pemekatan urin terhadap zat non urea lbh baik bila tdk ada ureum.
  • GFR: GFR menurun menyebabkan urin lebih pekat 

 Ekskresi Na dan Cl serta pengaturannya
  • Na difiltrasi dalam jumlah besar oleh glomerulus, direabsorpsi di seluruh tubulus renalis kecuali di pars ascenden ansa Henle. Normalnya 90-99% filtrat Na direabsorpsi kembali.
  • Ekskresi Na sangat dipengaruhi GFR, juga oleh mineralokortikoid, Angiotensin II, Oksitosin, N. renalis
  • Sebagian besar ion Na direabsorpsi bersama dengan Cl, sebagian lagi direabssorpsi dgn cara : 1 ion Na  ditukar  dg 1 ion K atau ion H 

       Ekskresi ion K
  • Sebagian besar ion K yg difiltrasi, direabsorpsi kembali di tubulus proksimal, diekskresi oleh tubulus distalis.
  • Ekskresi ion K menurun jika ;
    • Jumlah ion K dalam tubulus distalis menurun
    • Sekresi ion H naik

       Sekresi ion H
  • Ion H dibentuk dari disosiasi , dicurahkan ke dalam lumen tubulus untuk ditukarkan dg ion Na
  • Sel tubulus mengandung karbonik anhidrase yg mempercepat pemecahan H2CO3 > H+  + HCO3-
  • pH batas dimana dapat terjadi sekresi ion H secara transport aktif adalah 5,5 

   REFLEKS BERKEMIH
  • Refleks berkemih adalah refleks medula spnalis yang seluruhnya bersifat autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak.
  • Pusat-pusat ini antara lain : pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di pons, dan beberapa pusat yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai penghambat tetapi dapat menjadi perangsang 
  • Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali sebagai berikut :
  • Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
  • Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih muncul, dengan membuat kontsraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih samapi mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
  • Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sakral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu bersamaan menghambat refleks sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi.
  • Berkemih di bawah keinginan tercetus dengan cara sebagai berikut :
  • Seseorang secara sadar mengkonstraksikan otot-otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini menstimulasi reseptor regang, yang merangsang refleks berkemih dan menghambat sfingter eksternus uretra secara simultan. Biasanya seluruh urin akan keluar, terkadang lebih dari 5 – 10 mL urin tertinggal di kandung kemih. 
       


SOURCE : FK UMY

0 comments:

Post a Comment