Preeklampsia Part 2 ~ Kedokteran dan Kesehatan

Sunday, August 26, 2018

Preeklampsia Part 2


 Manifestasi Klinis


Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklamsia. Masing-masing manifestasi menunjukkan keterlibatan berat suatu organ dan memerlukan perhatian segera (Cunningham, et al., 2014) :

1.        Nyeri kepala dan skotoma; diduga timbul akibat hipoperfusi serebrovaskular yang memiliki predileksi pada lobus oksipitalis. Menurut penelitian didapatkan 50-70% wanita mengalami nyeri kepala dan 20-30% diantaranya mengalami gangguan penglihatan sebelum terjadi kejang eklamsia. Nyeri kepala dapat ringan hingga berat, dan dapat intermiten atau konstan. Biasanya nyeri membaik setelah pemberian magnesium sulfat.

2.        Kejang yang bersifat diagnostik untuk eklamsia.

3.        Kebutaan; jarang terjadi pada preeklamsia saja, tetapi sering menjadi  komplikasi pada kejang eklamsia. Kebutaan dilaporkan muncul hingga seminggu atau lebih setelah kelahiran.

4.        Edema otak menyeluruh; dapat timbul pada sindrom preeklamsia dan biasanya bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi dari kebingungan hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat menyebabkan herniasi supratentorial yang mengancam jiwa.

Komplikasi


Hipertensi gestasional dan preeklamsia/eklamsia berhubungan dengan resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa yang akan datang (Brenda, et al., 2003). Wanita dengan riwayat preeklamsia memiliki risiko penyakit kardiovaskular, 4 x peningkatan resiko hipertensi, dan 2 x penyakit jantung iskemik, stroke, DVT di masa yang akan datang. Penyakit serebrovaskular menyebabkan risiko kematian pada wanita dengan riwayat preeklamsia meningkat (POGI, 2016).

Penatalaksanaan


Tatalaksana pada preeklamsia ditujukan untuk mempertahankan janin selama mungkin hingga janin viable untuk dilahirkan, mencegah kejang eklamsia terjadi, dan mengontrol hipertensi pada ibu hamil (POGI, 2016). Ketiga manajemen akan dijelaskan di bawah ini:

1.        Manajemen ekspektatif atau aktif; bertujuaan untuk memperbaiki luaran perinatal dengan mengurangi morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan tanpa membahayakan ibu (Baha & Sibai, 2007). Manajemen ekspektatif yang dilakukan perlu memperhatikan ada atau tidaknya gejala pemberat preeklamsia. Perawatan poliklinis secara ketat, evaluasi ketat dapat dilakukan jika ibu tidak ada gejala pemberat. Jika ada gejala pemberat dapat dilakukaan manajemen aktif dengan terminasi kehamilan (POGI, 2016).

Terminasi kehamilan
Data maternal
Data janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol
Usia kehamilan 34 minggu
Gejala preeklamsia berat (impending eklamsia)
Pertumbuhan janin terhambat
Penurunan fungsi ginjal progresif
Oligohhidramnion persisten
Trombositopenia persisten atau HELLP Syndrome
Profil biofisik <4
Edema paru
Deselerasi variabel dan lambat pada NST
Eklamsia
Doppler a.umbilikalis : reversed end diastolic flow
Solusio plasenta
Kematian janin
Persalinan atau ketuban pecah




2.        Pemberian magnesium sulfat; digunakan untuk mencegah dan mengatasi kejang. Magnesium sulfate digunakan sebagai terapi lini pertama eklamsia. Pemberian magnesium sulfate merupakan pilihan utama untuk mencegah kejang pada preeklamsia berat. Namun pemberian magnesium sulfate tidak direkomendasikan untuk diberikan rutin ke seluruh pasien preeklamsia jika tidak didapatkan tanda pemberatan (POGI, 2016).

3.        Antihipertensi; digunakan untuk mengkontrol tekanan darah dengan target tekanan darah adalah <160/110 mmHg. Pilihan lini pertama antihipertensi yang digunakan adalah nifedipin short acting , hidralazine, dan labetolol parenteral. Nitrogliserin, metildopa, dan labetolol dapat diberikan sebagai alternatif jika lini pertama mengalami kontraindikasi (POGI, 2016)

0 comments:

Post a Comment