Manifestasi Klinis
Terdapat sejumlah
manifestasi neurologis sindrom preeklamsia. Masing-masing manifestasi
menunjukkan keterlibatan berat suatu organ dan memerlukan perhatian segera (Cunningham,
et al., 2014) :
1.
Nyeri
kepala dan skotoma; diduga timbul akibat hipoperfusi serebrovaskular yang
memiliki predileksi pada lobus oksipitalis. Menurut penelitian didapatkan
50-70% wanita mengalami nyeri kepala dan 20-30% diantaranya mengalami gangguan
penglihatan sebelum terjadi kejang eklamsia. Nyeri kepala dapat ringan hingga
berat, dan dapat intermiten atau konstan. Biasanya nyeri membaik setelah
pemberian magnesium sulfat.
2.
Kejang
yang bersifat diagnostik untuk eklamsia.
3.
Kebutaan;
jarang terjadi pada preeklamsia saja, tetapi sering menjadi komplikasi pada kejang eklamsia. Kebutaan
dilaporkan muncul hingga seminggu atau lebih setelah kelahiran.
4.
Edema
otak menyeluruh; dapat timbul pada sindrom preeklamsia dan biasanya
bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi dari kebingungan
hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat menyebabkan herniasi
supratentorial yang mengancam jiwa.
Komplikasi
Hipertensi gestasional dan preeklamsia/eklamsia
berhubungan dengan resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada masa yang
akan datang (Brenda, et al., 2003).
Wanita dengan riwayat preeklamsia memiliki risiko penyakit kardiovaskular, 4 x
peningkatan resiko hipertensi, dan 2 x penyakit jantung iskemik, stroke, DVT di
masa yang akan datang. Penyakit serebrovaskular menyebabkan risiko kematian
pada wanita dengan riwayat preeklamsia meningkat (POGI, 2016) .
Penatalaksanaan
Tatalaksana pada
preeklamsia ditujukan untuk mempertahankan janin selama mungkin hingga janin viable untuk dilahirkan, mencegah kejang
eklamsia terjadi, dan mengontrol hipertensi pada ibu hamil (POGI, 2016) .
Ketiga manajemen akan dijelaskan di bawah ini:
1.
Manajemen ekspektatif
atau aktif; bertujuaan untuk memperbaiki luaran perinatal dengan mengurangi
morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan tanpa membahayakan ibu (Baha & Sibai, 2007) . Manajemen
ekspektatif yang dilakukan perlu memperhatikan ada atau tidaknya gejala
pemberat preeklamsia. Perawatan poliklinis secara ketat, evaluasi ketat dapat
dilakukan jika ibu tidak ada gejala pemberat. Jika ada gejala pemberat dapat
dilakukaan manajemen aktif dengan terminasi kehamilan (POGI, 2016) .
Terminasi kehamilan
|
|
Data maternal
|
Data janin
|
Hipertensi berat yang
tidak terkontrol
|
Usia kehamilan 34 minggu
|
Gejala preeklamsia berat
(impending eklamsia)
|
Pertumbuhan janin
terhambat
|
Penurunan fungsi ginjal
progresif
|
Oligohhidramnion
persisten
|
Trombositopenia
persisten atau HELLP Syndrome
|
Profil biofisik <4
|
Edema paru
|
Deselerasi variabel dan
lambat pada NST
|
Eklamsia
|
Doppler a.umbilikalis : reversed end diastolic flow
|
Solusio plasenta
|
Kematian janin
|
Persalinan atau ketuban
pecah
|
2.
Pemberian magnesium
sulfat; digunakan untuk mencegah dan mengatasi kejang. Magnesium sulfate
digunakan sebagai terapi lini pertama eklamsia. Pemberian magnesium sulfate
merupakan pilihan utama untuk mencegah kejang pada preeklamsia berat. Namun
pemberian magnesium sulfate tidak direkomendasikan untuk diberikan rutin ke
seluruh pasien preeklamsia jika tidak didapatkan tanda pemberatan (POGI, 2016) .
3.
Antihipertensi;
digunakan untuk mengkontrol tekanan darah dengan target tekanan darah adalah
<160/110 mmHg. Pilihan lini pertama antihipertensi yang digunakan adalah
nifedipin short acting , hidralazine,
dan labetolol parenteral. Nitrogliserin, metildopa, dan labetolol dapat
diberikan sebagai alternatif jika lini pertama mengalami kontraindikasi (POGI, 2016) .
0 comments:
Post a Comment