Patofisiologi
Sudah
banyak teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya preeklamsi, tetapi tidak
satupun yang dianggap benar secara mutlak. Teori-teori tersebut seperti
kelainan pada vaskularisasi plasenta, teori iskemik, radikal bebas dan
disfungsi endotel, teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin, teori
adaptasi kardiovaskuler, teori defisiensi genetik, teori defisiensi gizi dan
teori inflamasi (Sibai, 2005).
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Pada
kehamilan normal, rahim
dan plasenta mendapat
aliran darah dari cabang-cabang arteri
uterine dan arteri
ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus miometrium
berupa arteri arkuarta
dan arteri arkuarta
memberi cabang arteri radialis.
Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis memberi cabang arteria spiralis. Pada
hamil normal, dengan
sebab yang belum
jelas, terjadi invasi
trofoblas kedalam lapisan otot
arteria spiralis, yang
menimbulkan degenerasi lapisan
otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi arteri spiralis.
Invlasi tropoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri
spiralis, mengalami distensi
dan dilatasi. Distensi
dan Vasodilatasi lumen arteri
spiralis ini memberi dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vaskular, dan peningkatan
aliran darah pada
daerah utero plasenta. Akibatnya,
aliran darah kejanin
cukup banyak dan
perfusi jaringan juga meningkat, sehingga
dapat menjamin pertumbuhan
janin dengan baik.
Proses ini dinamakan “remodeling
arteri spiralis”. Pada hipertensi dalam
kehamilan tidak terjadi
invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya,
arteri spiralis relatif
mengalami vasokontriksi, dan terjadi
kegagalan “remodelling arteri
spiralis”, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat
menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri
spiralis pada hamil
normal adalah 500
mikron, sedangkan pada preeklamsia
rata-rata 200 mikron.
Pada hamil normal
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran
darah ke utero plasenta.
2. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungi
Endotel
Sebagaimana
dijelaskan pada teori
invasi trofoblas, pada
hipertensi dalam kehamilan terjadi
kegagalan “remodeling arteri
spiralis” dengan akibat
plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia
akan menghasilkan oksidan (disebut juda radikal bebas). Oksidan atau radikal
bebas adalah senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempunyai
elektron yang tidak berpasangan. Salah
satu oksidan penting
yang dihasilkan plasenta
iskemia adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya
terhadap membran sel
endotel pembuluh darah.
Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal, karena
oksidan memang dibutuhkan
untuk perlindungan tubuh.
Adanya radikal hidroksil dalam tubuh
mungkin dahulu dianggap
sebagai bahan toksin
yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam
kehamilan disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil
akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida
lemak.peroksida lemak selain
akan merusak membran sel, juga
akan merusak nucleus, dan protein sel endotel. Produksi oksidan
(radikal bebas) dalam
tubuh yang bersifat
toksis, selalu diimbangi dengan
produksi antioksidan.
3. Teori Intoleransi Imunologik antara Ibu dan Janin
Dugaan
bahwa factor imunologik
berperan terhadap terjadinya
hipertensi dalam kehamilan
terbukti dengan fakta sebagai berikut:
a. Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya
hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida.
b. Ibu yang multipara
yang kemudian menikah
lagi mempunyai risiko
lebih besar terjadinya hipertensi
dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami
yang sebelumnya.
Pada
perempuan hamil normal,
respons imun tidak
menolak adanya “hasil konsepsi” yang
bersifat asing. Hal
ini disebabkan adanya
human leukosite antigen protein G (HLA-G), yang berperan
penting dalam modulasi respon imun, sehingga si ibu tidak menolak
hasil konsepsi (plasenta).
Adanya HLA-G pada
plasenta dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural killer (NK) ibu.
Selain
itu, adanya HLA-G
akan mempermudah invasi
sel trofoblas kedalam jaringan desidua
ibu. Jadi HLA-G
merupakan prakondisi untuk
terjadinya invasi trofoblas ke
dalam jaringan desidua
ibu, disamping untuk
menghad api sel natural killer. Pada plasenta hipertensi
dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G. berkurangnya HLA-G
di desidua daerah
plasenta, menghambat invasi trofoblas kedalam desidua. Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi
arteri spiralis. HLA-G
juga merangsang produksi sitikon,
sehingga memudahkan terjadinya
reaksi inflamasi. Kemungkinan
terjadi Immune-Maladaptation pada preeklamsia. Pada awal
trimester kedua kehamilan
perempuan yang mempunyai kecenderungan yang
terjadi preeklamsia, ternyata
mempunyai proporsi Helper
Sel yang lebih rendah disbanding pada normotensif.
4. Teori Adaptasi Kardiovaskuler
Pada hamil normal
pembuluh darah refrakter
terhadap bahan-bahan vasopresor.
Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan bahan
vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor
yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada
kehamilan normal terjadinya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor
adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel
pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa daya
refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila diberi
prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yang menghambat produksi
prostaglandin). Prostaglandin
ini dikemudian hari
ternyata adalah prostasiklin. Pada
hipertensi dalam kehamilan
kehilangan daya refrakter
terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata
terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor.
Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh darah
menjadi sangat peka
terhadap bahan vasopresor.
Banyak peneliti telah membuktikan
bahwa peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor
pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester 1 (pertama).
Peningkatan
kepekaan pada kehamilan
yang akan menjadi
hipertensi dalam kehamilan, sudah
dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai
sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
5. Teori Genetik
Ada faktor keturunan
dan familial dengan
model gen tunggal.
Genotipe ibu lebih menentukan
terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial
jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu
yang mengalami preeklamsia, 26% anak
perempuannya akan mengalami
preeklamsia pula,sedangkan hanya 8 % anak menantu mengalami preeklamsia.
6. Teori Defisiensi Gizi (Teori diet)
Beberapa
hasil penelitian menunjukan
bahwa kekurangan defisiensi
gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian
yang penting yang pernah dilakukan di Inggris ialah penelitian tentang pengaruh
diet pada preeklamsia beberapa waktu sebelum pecahnya perang Dunia II. Suasana
serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan
kenaikan insiden hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk
minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklamsia. Minyak ikan
mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh
yang dapat menghambat produksi
tromboksan, menghambat aktivasi
trombosit, dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk memakai konsumsi
minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah preeclampsia,
hasil sementara menunjukan bahwa penelitian ini berhasil
baik dan mungkin
dapat dipakai sebagai
alternatif pemberian aspirin. Beberapa peneliti
juga menganggap bahwa
defisiensi kalsium pada
diet perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya preeklamsia/eklampsia. Penelitian di Negara
Equador Andes dengan
metode uji klinik,
ganda tersamar, dengan
membandingkan pemberian
kalsium dan plasebo.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa ibu
hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklamsia
adalah 14% sedang yang diberi glukosa 17 %.
7. Teori Stimulus Inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris
trofoblas di dalam sirkulasi darah
merupakan rangsangan utama terjadinya
proses inflamasi. Pada
kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris trofoblas, sebagai
sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibat reaklsi stress
oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai
bahan asing yang
kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Pada kehamilan
normal, jumlah debris trofoblas masih
dalam batas wajar, sehingga reaksi
inflamasi juga masih
dalam batas normal.
Berbeda dengan proses apoptosis
pada preeklamsia, di mana pada preeklamsia terjadi peningkatan stress oksidatif,
sehingga produksi debris
apoptosis dan nekrotik
trofoblas juga meningkat. Makin
banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stress
oksidatif akan sangat
meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin
meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu
menjadi jauh lebih besar, disbanding reaksi inflamasi pada kehamilan
normal. Respons inflamasi ini akan
mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar
pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala
preeklamsia pada ibu. Redman,
menyatakan bahwa disfungsi
endotel pada preeklamsia
akibat produksi debris trofoblas
plasenta berlebihan tersebut
di atas, mengakibatkan “aktivitas leukosit yang sangat
tinggi” pada sirkulasi ibu. Peristiwa
ini oleh Redman disebut sebagai “kekacauan
adaptasi dari proses
inflamasi intravaskular pada kehamilan” yang biasanya berlangsung
normal dan menyeluruh.
0 comments:
Post a Comment