Mioma Geburt ~ Kedokteran dan Kesehatan

Wednesday, October 3, 2018

Mioma Geburt



Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadian mioma uteri sebesar 20 – 40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering menimbulkan gejala klinis berupa menorrhagia dan dismenorea. Selain itu mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga dapat menimbulkan gangguan berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih (Prawirohardjo, 2014).

Kejadian mioma uteri di Indonesia sebesar 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Mioma uteri memiliki banyak faktor risiko. Risiko mioma uteri meningkat seiring dengan peningkatan umur. Kasus mioma uteri terbanyak terjadi pada kelompok umur 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42 tahun sebanyak 51%. Risiko mioma uteri meningkat pada wanita nullipara (Kurniasari, 2010).
Contoh Kasus

            Nama                                   : Ny. H

Umur                                   : 47 tahun

Jenis kelamin                   : Perempuan

Pekerjaan                           : Buruh

Agama                                : Islam


Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan perdarahan yang keluar dari jalan lahir dan nyeri perut bagian bawah, menstruasi tidak teratur dan keluar darah merah segar ketika berhubungan seksual

Riwayat obstetri

I : 1999, aterm, pervaginam, perempuan, BBL = 2900gr

II : 2005, aterm, pervaginam, perempuan, BBL = 3100gr

III: 2009, aterm, perabdominal, perempuan, BBL= 3500gr

IV: 2010, aterm, perabdominal, laki-laki, BBL= 3000gr

Riwayat Haid
menarche umur 13 tahun.

Riwayat Menikah
menikah 1x dengan suami sekarang sejak 20 th yang lalu

Riwayat KB
dengan IUD selama 3 tahun

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Hipertensi, terkontrol tanpa obat rutin


Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga


Pemeriksaan Fisik

Status generalis
KU                  : Baik Composmentis, tampak anemis
Vital sign         : TD: 120/80mmhg, RR: 18x/m N:82x/m T: 36C
TB                   : 155 cm
BB                   : 52 kg
Kepala             : CA (+)/(+), SI(-)/(-)
Leher               : Pembesaran tiroid (-)
Thorax             : Simetris (+), retraksi (-), SDV (+)/(+), BJ (-), S1 S2 reguler (+)
Abdomen        : nyeri tekan (+) region hipogastric, Supel (+)
Ekstremitas     : Akral hangat (+)/(+)/+)/(+) , Edema (-)/(-)/(-)/(-)

Pemeriksaan Dalam
Inspekulo:
-tampak massa bulat sebesar telur ayam, berwarna putih pucat, sedikit lonjong memanjang keluar dari servix uteri
-tampak perdarahan keluar dari kanalis servikalis
-portio licin
-OUE sedikit terbuka
-Fluor albus (-)

Vaginal Toucher:
Teraba massa bertangkai (pedunculated) sebesar telur ayam, perabaan kenyal, permukaan rata, bergerak bersamaan saat fundus uteri digerakkan, tangkai sebesar jari orang dewasa


Laboratorium :
                                                      (RUJUKAN)
Hemoglobin    : 10.5               (14-18) g/dl
      Lekosit            : 6.84               (4-11) ribu/ul
      Eritrosit           : 5.3                 (4.50-5.50) ribu/ul
      Trombosit        : 317                (150-450) ribu/ul
      Hematokrit      : 34.                 (42.0-52.0) vol%

      Eosinofil          : 2                    (2-4%) %
      Basofil             : 0                    (0-1%) %
      Batang             : 5                    (2-5%) %
      Segmen           : 60                  (51-67%) %
      Limfosit          : 30                  (20-35%) %
      Monosit           : 3                    (4-8%) %
                        Golongan darah          : O
                        PPT                 : 13.4               (12-16) detik
                        APTT              : 31.3               (28-38) detik
                        Control PPT    : 14.0               (11-16) detik  
Control APTT : 34.7               (28-36.5) detik
SGOT              : 17                  (<31) U/L
SGPT              : 11                  (<31) U/L
Protein Total   : 7.66               (6.2-8.4) g/dl
Albumin          : 4.27               (3.5-5.5) g/dl
Globulin          : 3.39               (2.8-3.2) g/dl
                        Ureum             : 18                  (17-43) mg/dl
                        Creatinin         : 0.97               (0.90-1.30) mg/dl
                        GDS                : 91                 (80-200) mg/dl
                        Natrium           : 136.9             (137-145) mmol/l
                        Kalium             : 4.22               (3.50-5.10) mmol/l
                        Klorida            : 104.8             (98-107) mmol/l
                        HbsAg Titer    : Non Reaktif  (Non Reaktif)
                        HIV Screening: Negatif          (Negatif)

Pemeriksaan USG
USG: kesan terdapat mioma submukosa diposterior uterus ukuran 13x5 cm memanjang sampai keluar kanalis servikalis

Diagnosis Kerja


P4A0 dengan Mioma Geburt
Penatalaksanaan


-Pro ekstirpasi (pemuntiran)
            -Observasi KU/VS 

Pembahasan


Pada kasus ini dilakukan terapi ektirpasi yaitu suatu tindakan pemuntiran mioma yang keluar dari kanalis servikalis. Untuk pilihan terapi pembedahan pada mioma uteri pada umumnya yang dilakukan antara lain:

1.       Vaginal histerektomi
Biasanya dipilih jika organ dalam panggul yang bermasalah berukuran kecil, tidak adanya perkiraan terjadinya perlengketan yang luas, diperkirakan tidak adanya kelainan pada adneksa, dan bagian organ yang prolapse sudah mulai terlihat dari vagina. Jika dibandingkan dengan abdominal histerektomi, akan lebih menguntungkan dari sisi pasien, seperti pemulihan yang lebih cepat sehingga mengurangi lamanya waktu untuk dirawat di rumah sakit dan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan serta mengurangi nyeri pascaoperasi (Cunningham, et al., 2014)

2.       Abdominal histerektomi
Dengan abdominal histerektomi bisa mendapatkan akses yang lebih leluasa untuk melakukan tindakan operatif pada organ dalam panggul, metode ini juga dipilih jika terjadi perbesaran organ dalam panggul dan mengantisipasi adanya perlengketan organ yang luas. Selain itu abdominal histerektomi juga dapat memberikan akses pada operator jika memang harus melakukan ooferoktomi sekaligus. Tetapi, abdominal histerektomi dapat membuat pasien akan lebih lama dalam masa pemulihan di rumah sakit, meningkatkan nyeri pada luka jahitan, dan risiko besar terjadinya demam post operative dan infeksi luka operasi. Jika dibandingkan dengan vaginal histerektomi, abdominal histerektomi berisiko besar terjadinya perdarahan hingga membutuhkan transfuse, juga adanya cedera pada ureter, tetapi mempunyai risiko rendah terhadap komplikasi perdarahan postoperative dan cedera pada vesica urinaria (Cunningham, et al., 2014).

3.       Supracervical histerektomi
Pada histerektomi, keputusan untuk mengangkat serviks umumnya akan didiskusikan dengan pasien. Supracervical histerektomi adalah mengangkat hanya corpus uteri tanpa mengangkat semua bagian uterus dan serviks. Awalnya histerektomi supracervical dilakukan karena adanya risiko peningkatan perdarahan jika dilakukan insisi hingga serviks, juga dapat mengakibatkan kerusakan organ dan memperpanjang waktu operasi. Tetapi sekarang tidak hanya hal tesebut yang menjadi pertimbangan, perbaikan pada gejala organ kemih dan menjaga agar tidak hilangnya fungsi seksual dari pasien, maka supracervical histerektomi dapat dipilih. Tetapi melalui beberapa penelitian, fungsi seksual antara pasien yang telah menjalani abdominal histerektomi dengan supracervical histerektomi tidak jauh berbeda. Sehingga sekarang, supracervical histerektomi pada kasus tumor jinak tidak terlalu memberikan perbedaan manfaat yang signifikan bila dibandingkan dengan abdominal histerektomi. Risiko perdarahan pada saat operasi mungkin lebih banyak didiskusikan terlebih dahulu antara dokter dan pasien (Cunningham, et al., 2014).

4.                  Miomektomi
Miomektomi adalah prosedur untuk mengangkat mioma dari uterus tanpa mengangkat uterus itu sendiri. miomektomi umumnya dipilih karena dapat lebih memelihara fungsi uterus terutama pada wanita-wanita yang belum/sulit untuk beranak dan mempertahankan fungsi seksual. Pada pasien ini dilakukan miomektomi secara ekstirpasi (pemuntiran) karena pasien sendiri menolak karena takut dilakukan tindakan operasi.

 
Gambar 2. Perbandingan dari masing-masing histerektomi (Nieboer dkk, 2015). 



  















0 comments:

Post a Comment