Sekitar 30 % wanita mengalami perdarahan uterus abnormal
selama masa hidup mereka, paling sering yakni pada tahun sebelum masa menopause
atau pre-menopause (Doraiswami S, dkk, 2011). Dampak dari perdarahan uterus
abnormal adalah kehilangan darah, rasa sakit, berkurangnya kesehatan dan
produktivitas seksual, peningkatan penggunaan layanan perawatan kesehatan dan
biaya kesehatan (Rahn DD, dkk, 2011).
Banyak
istilah membingungkan yang telah digunakan untuk menunjuk pada perdarahan
uterus yang tidak normal termasuk menoragia, menometroragia, metroragia,
perdarahan uterus disfungsional, oligomenorea. Kurangnya definisi yang jelas
mengenai istilah perdarahan uterus abnormal menghambat penelitian dan
interpretasi data klinis di seluruh dunia. Pada tahun 2005, International
Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) memulai inisiasi untuk
mengklarifikasi istilah dan definisi mengenai perdarahan uterus abnormal. Pada
tahun 2010, FIGO mengadopsi sebuah sistem yang dikembangkan oleh FIGO Menstrual
Disorders Group (FMDG) yang disebut dengan klasifikasi PALMCOEIN mengenai
penyebab dari perdarahan uterus abnormal (Munro MG, dkk, 2011).
A. Identitas Pasien
Nama :
Ny. S
Usia :
49 tahun
Pekerjaan :
Tidak bekerja
Agama :
Islam
Status perkawinan :
Kawin
Pendidikan Terakhir :
Tamat SD
B. Anamnesa
Keluhan Utama : pasien datang dengan keluhan menstruasi lama (± 11 hari)
dan dalam jumlah yang banyak (sehari ganti ± 10 pembalut)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dalam keadaan sadar datang ke IGD dengan keluhan menstruasi lama
(±11 hari) dan dalam jumlah yang banyak (sehari ganti ±10 pembalut ). Keluhan
lain demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB BAK
tidak ada keluhan, keputihan (-).
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1x saat usia 17 tahun dengan suami berusia 23 tahun
Riwayat Menstruasi
Pertama kali menstruasi usia 12 tahun dg siklus ± 29 hari teratur
Sakit (+), lamanya ± 7 hari
Riwayat Kehamilan
No
|
Tanggal lahir
|
Jenis persalinan
|
Penolong
|
1
|
1986
|
Spontan
|
Dukun
|
2
|
1991
|
Spontan
|
Dukun
|
3
|
1993
|
Spontan
|
Dukun
|
4
|
1997
|
Spontan
|
Bidan
|
Riwayat KB
Riwayat MOW pada tahun 1998
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit DM (-), hipertensi (-), asma (-), alergi makanan atau obat
(-)
Riwayat operasi steril (MOW) pada tahun 1998
C. Pemeriksaan Fisik
Status
Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
S : 36.7 C
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
Mata : conjungtiva anemis (+/+)
Hidung : deviasi (-), discharge (-), pendarahan (-), nafas cuping
hidung (-)
Leher : pembesaran
kelenjar getah bening (-)
Jantung
§
Inspeksi : ictus cordis tak tampak pada sela
iga V
§
Palpasi
: ictus cordis teraba pada
sela iga V
§
Perkusi : pekak
§
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising
jantung (-)
Paru-paru
§
Inspeksi : simetris, retraksi (-), bantuan
otot pernafasan (-)
§
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama,
daya kembang paru simetris, ketinggalan gerak nafas (-)
§
Perkusi : sonor (+/+)
§
Auskultasi
: vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
§
Inspeksi
: dinding dada
sejajar dinding perut, scar (-)
§
Auskultasi : peristaltik (+)
§
Perkusi : timpani (+)
§ Palpasi :
supel (+), NT (-), hepar lien tidak teraba membesar
Ektremitas
§
Superior
: Akral hangat (+ /+), nadi
kuat (+ /+), edema (-/-)
§
Inferior : Akral hangat (+ /+), nadi kuat
(+ /+), edem (-/-)
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Inspekulo
: tampak perdarahan keluar dari
kanalis servikalis
tampak
serviks berwarna kemerahan disertai erosi
Pemeriksaan Vaginal
Touche : dinding vagina licin, VU tenang,
portio lunak tidak didapatkan benjolan
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai
normal
|
Darah
Lengkap
|
||
Hb
|
5.5 gr%
|
14.0-18.0 g/dl
|
AL
|
8.73
ribu/ul
|
4.00-11.00
|
AE
|
4.57
juta/ul
|
4.50-5.50
|
AT
|
371
ribu/ul
|
150-450
|
Hmt
|
39.9
%
|
36.0-46.0
|
Hitung
Jenis
|
||
Eosinofil
|
2 %
|
2-4
|
Basofil
|
1 %
|
0-1
|
Batang
|
2 %
|
2-5
|
Segmen
|
50
%
|
40-60
|
Limfosit
|
39
%
|
45-65
|
Monosit
|
6 %
|
2-8
|
PTT
|
13.3
|
12.0 – 16.0
|
APTT
|
30.5
|
28.0 – 38.0
|
Control PTT
|
14.8
|
11.0 – 16.0
|
Control APTT
|
31.2
|
28.0 – 36.5
|
HIV
|
Negatif
|
|
HbsAg
|
Negatif
|
|
Golongan Darah
|
O
|
Hasil Morfologi Darah Tepi
Eritrosit : Anisositosis dominasi mikrositik,
sel sigar, sel pensil, sel burr, fragmentosit, sel target (++), hipokromik,
polikromasi (+)
Lekosit : Jumlah cukup,
morfologi dalam batas normal, eosinofillia
Trombosit : Jumlah cukup, penyebaran merata, tidak
ditemukan kelainan morfologi
Kesan : Morfologi darah tepi menunjukkan
anemia mikrositik hipokromik disertai peningkatan respon eritopoetik,
eosinofilia
Kesimpulan :
Anemia defisiensi besi disertai reaksi hipersensitivitas (adakah perdarahan ?)
Hasil Pemeriksaan Histopatologi
Bahan :
Kerokan endomettrium
Diagnosa Klinis :
AUB
Makroskopis :
Dua wadah
I.
Keterangan
endocervix: jaringan pecah belah +/- 1/5cc, coklat kehitaman, semua cetak (A)
II.
Keterangan
endometrium: jaringan pecah belah +- 1/2cc, coklat kehitaman, semua cetak (B)
Mikroskopis : Sediaan menunjukkan
A.
Fragmen
jaringan endocervix dengan epitel permukaan metaplasi skuamosa, stroma jaringan
ikat dengan sebukan radang dominan limfosit, lekosit pmn sedikit.
B.
Fragmen-
fragmen jaringan endometrium dengan kelenjar hiperplasia bentuk tubukar,
sel-sel epitel relatif monomorf, strom agak padat, sebagian seluler
A
dan B tidak didapatkan tanda ganas
Kesimpulan
Kerokan endocervix :
endocervisitis kronis dengan metaplasi skuamosa
Kerokan endometrium : hiperplasia simpel kelenjar
endometrium non atipia
E. Diagnosis
Diagnosis Utama : Perdarahan Uterus Abnormal ec Endocervisitis, Hiperplasia Endometrium Non Atipik dengan Anemia Defisiensi Besi, P4A0Pembahasan
Pasien seorang wanita berusia 49 tahun datang ke IGD RSPS dalam keadaan
sadar mengeluh menstruasi lama (±11 hari) dan dalam jumlah yang banyak (sehari
ganti ±10 pembalut ). Usia 49 tahun merupakan usia pre-menopause dimana terjadi
peralihan antara usia reproduktif beralih menuju pada usia non reproduktif. Hal
yang terjadi pada usia pre-menopause adalah adanya perubahan hormon dimana
hormon FSH meningkat akibat dari jumlah folikel menurun. Jumlah folikel yang
menurun menyebabkan umpan balik hipothalamus dan hipofisis, berakibat pada
terjadinya ketidakteraturan hormonal yang mengganggu sumbu
hipothalamus-hipofisis-ovarium.
Pasien mendapatkan terapi transfusi PRC 4 kalf dengan harapan
mencapai target sd HB ≥10 g/dl. Inj asam traneksamat 1A/8 adalah obat anti fibrinolitik
diberikan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi. Asam Mefenamat 3x500mg adalah
obat anti inflamasi non-steroid untuk menghilangkan persepsi nyeri yang
dirasakan pasien. Pada hiperplasia endometrium terjadi peningkatan dari
prostaglandin yang meningkat bersamaan dengan perdarahan yang terjadi.
Farmakologi dari asam mefenamat adalah dengan menghambat prostaglandin dan
dapat bekerja sebagai vasokontriktor kuat serta dapat menstimulasi miometrium
sehingga disamping dapat meredakan rasa nyeri dapat mengurangi perdarahan yang
terjadi (Livshits, 2010). Metergin 3x1 adalah obat golongan alkaloid ergot semi
sintesis mengandung zat aktif methylergonovine maleate, bekerja pada otot polos
rahim dan secara langsung meningkatkan tonus, frekuensi, dan amplitudo dari
ritme kontraksi rahim. Sulphate Ferrous 1x1 adalah satu bentuk suplemen zat
besi yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah. SF diberikan pada
pasien untuk mengatasi anemia akibat defisiensi besi yang dapat diketahui dari
hasil morfologi darah tepi pasien. Pasien
diberikan transfusi darah 4 kalf kemudian dilakukan pengecekan hemoglobin ulang
pada pasien. Setelah hasil laboratorium keluar, didapatkan bahwa pemeriksaan
hemoglobin mengalami perbaikan mulai dari awal masuk dengan hemoglobin 5.5 naik
menjadi 10.4. Setelah hemoglobin pasien membaik kemudian dilakukan kuretase. Kuretase adalah prosedur
pembedahan yang dilakukan untuk mengevaluasi perdarahan uterus abnormal dan sebagai
sarana diagnosis dengan cara mengirimkan jaringan atau sampel untuk diperiksa
secara histopatologi.
Pasien di rawat di RS selama 7 hari, setiap hari dilakukan follow up dan visite untuk mengevaluasi
kondisi pasien. Setelah diberikan beberapa macam terapi dan dilakukan kuretase
kondisi pasien membaik dan dapat dipulangkan dengan diberikan obat pulang yakni
Amoxicillin 3x500, Asam Mefenamat 3x500, Asam Traneksamat 3x500, SF 1x1 dan
jadwal untuk kontrol di poli kandungan.
Hasil dari pemeriksan histopatologi
menunjukkan diagnosis mengarah ke endocervicitis dan hiperplasia endometrium.
Endocervicitis adalah peradangan yang terjadi bisa akibat dari adanya infeksi
pada kelenjar endocervik. Hiperplasia endometrium terjadi akibat kelebihan estrogen tanpa
progesteron. Faktor resiko pada pasien adalah usia pasien 49
tahun yakni merupakan usia perimenopause dimana mulai terjadinya kemunduran
dari ovarium untuk terjadi ovulasi. Jika ovulasi tidak terjadi, progesteron tidak
diproduksi, dan lapisan tidak meluruh. Endometrium dapat terus tumbuh sebagai
respons terhadap estrogen. Sel-sel yang membentuk lapisan bisa berkumpul
bersama dan mungkin menjadi tidak normal atau disebut dengan hyperplasia endometrium.
Kesimpulan
Perdarahan uterus abnormal menjadi salah satu
penyebab wanita pada masa pre-menopause datang menemui praktik pelayanan
kesehatan. Penyebab dari perdarahan uterus abnormal dimudahkan dengan adanya
sistem klasifikasi dari FIGO (International Federation of Gynecology and
Obstetrics) yakni sistem PALM-COEIN.
Pendekatan pasien dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi
sampai dengan pemeriksaan penunjang yang baik dan sistematis diperlukan agar
dapat menegakkan diagnosis dan dapat memberikan intevensi yang tepat pada pasien.