Kedokteran dan Kesehatan

Tuesday, November 13, 2018

Perdarahan Uterus Abnormal e.c Endocervicitis, Hiperplasia Endometrium Non Atipik


Sekitar 30 % wanita mengalami perdarahan uterus abnormal selama masa hidup mereka, paling sering yakni pada tahun sebelum masa menopause atau pre-menopause (Doraiswami S, dkk, 2011). Dampak dari perdarahan uterus abnormal adalah kehilangan darah, rasa sakit, berkurangnya kesehatan dan produktivitas seksual, peningkatan penggunaan layanan perawatan kesehatan dan biaya kesehatan (Rahn DD, dkk, 2011).
          Banyak istilah membingungkan yang telah digunakan untuk menunjuk pada perdarahan uterus yang tidak normal termasuk menoragia, menometroragia, metroragia, perdarahan uterus disfungsional, oligomenorea. Kurangnya definisi yang jelas mengenai istilah perdarahan uterus abnormal menghambat penelitian dan interpretasi data klinis di seluruh dunia. Pada tahun 2005, International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) memulai inisiasi untuk mengklarifikasi istilah dan definisi mengenai perdarahan uterus abnormal. Pada tahun 2010, FIGO mengadopsi sebuah sistem yang dikembangkan oleh FIGO Menstrual Disorders Group (FMDG) yang disebut dengan klasifikasi PALMCOEIN mengenai penyebab dari perdarahan uterus abnormal (Munro MG, dkk, 2011).


A.           Identitas Pasien

Nama                             : Ny. S
Usia                               : 49 tahun
Pekerjaan                       : Tidak bekerja
Agama                           : Islam
Status perkawinan         : Kawin
Pendidikan Terakhir      : Tamat SD

B.            Anamnesa

Keluhan Utama : pasien datang dengan keluhan menstruasi lama (± 11 hari) dan dalam jumlah yang banyak (sehari ganti ± 10 pembalut)
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dalam keadaan sadar datang ke IGD dengan keluhan menstruasi lama (±11 hari) dan dalam jumlah yang banyak (sehari ganti ±10 pembalut ). Keluhan lain demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB BAK tidak ada keluhan, keputihan (-).

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah 1x saat usia 17 tahun dengan suami berusia 23 tahun

Riwayat Menstruasi
Pertama kali menstruasi usia 12 tahun dg siklus ± 29 hari teratur
Sakit (+), lamanya ± 7 hari

Riwayat Kehamilan
No
Tanggal lahir
Jenis persalinan
Penolong
1
1986
Spontan
Dukun
2
1991
Spontan
Dukun
3
1993
Spontan
Dukun
4
1997
Spontan
Bidan

Riwayat KB
Riwayat MOW pada tahun 1998

Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit DM (-), hipertensi (-), asma (-), alergi makanan atau obat (-)
Riwayat operasi steril (MOW) pada tahun 1998


C.           Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum          : Sedang
Kesadaran                   : Compos Mentis

Vital Sign
TD       : 120/80 mmHg
S          : 36.7 C
N         : 88 x/menit
R         : 20 x/menit
Mata               : conjungtiva anemis (+/+)
Hidung           : deviasi (-), discharge (-), pendarahan (-), nafas cuping hidung (-)
Leher              : pembesaran kelenjar getah bening (-)

Jantung
§    Inspeksi             : ictus cordis tak tampak pada sela iga V
§    Palpasi               : ictus cordis teraba pada sela iga V
§    Perkusi               : pekak
§    Auskultasi          : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung (-)
Paru-paru
§    Inspeksi             : simetris, retraksi (-), bantuan otot pernafasan (-)
§    Palpasi               : vokal fremitus kanan kiri sama, daya kembang paru simetris, ketinggalan gerak nafas (-)
§    Perkusi               : sonor (+/+)
§    Auskultasi          : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
§    Inspeksi              : dinding dada sejajar dinding perut, scar (-)
§    Auskultasi          : peristaltik (+)
§    Perkusi               : timpani (+)
§    Palpasi               : supel (+), NT (-), hepar lien tidak teraba membesar

Ektremitas
§    Superior             : Akral hangat (+ /+), nadi kuat (+ /+), edema (-/-)
§    Inferior              : Akral hangat (+ /+), nadi kuat (+ /+), edem (-/-)

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Inspekulo           : tampak perdarahan keluar dari kanalis servikalis
                                                tampak serviks berwarna kemerahan disertai erosi    
Pemeriksaan Vaginal Touche  : dinding vagina licin, VU tenang, portio lunak tidak didapatkan benjolan

D.           Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Darah Lengkap
Hb
5.5  gr%
14.0-18.0 g/dl
AL
8.73 ribu/ul
4.00-11.00
AE
4.57  juta/ul
4.50-5.50
AT
371 ribu/ul
150-450
Hmt
39.9 %
36.0-46.0
Hitung Jenis
Eosinofil
2 %
2-4
Basofil
1 %
0-1
Batang
2 %
2-5
Segmen
50 %
40-60
Limfosit
39 %
45-65
Monosit
6 %
2-8

PTT
13.3
12.0 – 16.0
APTT
30.5
28.0 – 38.0
Control PTT
14.8
11.0 – 16.0
Control APTT
31.2
28.0 – 36.5

HIV
Negatif

HbsAg
Negatif

Golongan Darah
O

   
Hasil Morfologi Darah Tepi
Eritrosit           : Anisositosis dominasi mikrositik, sel sigar, sel pensil, sel burr, fragmentosit, sel target (++), hipokromik, polikromasi (+)
Lekosit                        : Jumlah cukup, morfologi dalam batas normal, eosinofillia              
Trombosit        : Jumlah cukup, penyebaran merata, tidak ditemukan kelainan morfologi
Kesan              : Morfologi darah tepi menunjukkan anemia mikrositik hipokromik disertai peningkatan respon eritopoetik, eosinofilia
Kesimpulan    : Anemia defisiensi besi disertai reaksi hipersensitivitas (adakah perdarahan ?)

Hasil Pemeriksaan Histopatologi
Bahan                          : Kerokan endomettrium
Diagnosa Klinis           : AUB
Makroskopis                : Dua wadah
I.                Keterangan endocervix: jaringan pecah belah +/- 1/5cc, coklat kehitaman, semua cetak (A)
II.             Keterangan endometrium: jaringan pecah belah +- 1/2cc, coklat kehitaman, semua cetak (B)
Mikroskopis                : Sediaan menunjukkan
A.           Fragmen jaringan endocervix dengan epitel permukaan metaplasi skuamosa, stroma jaringan ikat dengan sebukan radang dominan limfosit, lekosit pmn sedikit.
B.            Fragmen- fragmen jaringan endometrium dengan kelenjar hiperplasia bentuk tubukar, sel-sel epitel relatif monomorf, strom agak padat, sebagian seluler
A dan B tidak didapatkan tanda ganas
Kesimpulan               
Kerokan endocervix             : endocervisitis kronis dengan metaplasi skuamosa
Kerokan endometrium : hiperplasia simpel kelenjar endometrium non atipia

E.            Diagnosis

Diagnosis Utama         : Perdarahan Uterus Abnormal ec Endocervisitis, Hiperplasia Endometrium Non Atipik dengan Anemia Defisiensi Besi, P4A0






Pembahasan

Pasien seorang wanita berusia 49 tahun datang ke IGD RSPS dalam keadaan sadar mengeluh menstruasi lama (±11 hari) dan dalam jumlah yang banyak (sehari ganti ±10 pembalut ). Usia 49 tahun merupakan usia pre-menopause dimana terjadi peralihan antara usia reproduktif beralih menuju pada usia non reproduktif. Hal yang terjadi pada usia pre-menopause adalah adanya perubahan hormon dimana hormon FSH meningkat akibat dari jumlah folikel menurun. Jumlah folikel yang menurun menyebabkan umpan balik hipothalamus dan hipofisis, berakibat pada terjadinya ketidakteraturan hormonal yang mengganggu sumbu hipothalamus-hipofisis-ovarium.
Pasien mendapatkan terapi transfusi PRC 4 kalf dengan harapan mencapai target sd HB ≥10 g/dl. Inj asam traneksamat 1A/8 adalah obat anti fibrinolitik diberikan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi. Asam Mefenamat 3x500mg adalah obat anti inflamasi non-steroid untuk menghilangkan persepsi nyeri yang dirasakan pasien. Pada hiperplasia endometrium terjadi peningkatan dari prostaglandin yang meningkat bersamaan dengan perdarahan yang terjadi. Farmakologi dari asam mefenamat adalah dengan menghambat prostaglandin dan dapat bekerja sebagai vasokontriktor kuat serta dapat menstimulasi miometrium sehingga disamping dapat meredakan rasa nyeri dapat mengurangi perdarahan yang terjadi (Livshits, 2010). Metergin 3x1 adalah obat golongan alkaloid ergot semi sintesis mengandung zat aktif methylergonovine maleate, bekerja pada otot polos rahim dan secara langsung meningkatkan tonus, frekuensi, dan amplitudo dari ritme kontraksi rahim. Sulphate Ferrous 1x1 adalah satu bentuk suplemen zat besi yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah. SF diberikan pada pasien untuk mengatasi anemia akibat defisiensi besi yang dapat diketahui dari hasil morfologi darah tepi pasien. Pasien diberikan transfusi darah 4 kalf kemudian dilakukan pengecekan hemoglobin ulang pada pasien. Setelah hasil laboratorium keluar, didapatkan bahwa pemeriksaan hemoglobin mengalami perbaikan mulai dari awal masuk dengan hemoglobin 5.5 naik menjadi 10.4. Setelah hemoglobin pasien membaik kemudian dilakukan kuretase. Kuretase adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengevaluasi perdarahan uterus abnormal dan sebagai sarana diagnosis dengan cara mengirimkan jaringan atau sampel untuk diperiksa secara histopatologi.
Pasien di rawat di RS selama 7 hari, setiap hari dilakukan follow up dan visite untuk mengevaluasi kondisi pasien. Setelah diberikan beberapa macam terapi dan dilakukan kuretase kondisi pasien membaik dan dapat dipulangkan dengan diberikan obat pulang yakni Amoxicillin 3x500, Asam Mefenamat 3x500, Asam Traneksamat 3x500, SF 1x1 dan jadwal untuk kontrol di poli kandungan. 
Hasil dari pemeriksan histopatologi menunjukkan diagnosis mengarah ke endocervicitis dan hiperplasia endometrium. Endocervicitis adalah peradangan yang terjadi bisa akibat dari adanya infeksi pada kelenjar endocervik. Hiperplasia endometrium terjadi akibat kelebihan estrogen tanpa progesteron. Faktor resiko pada pasien adalah usia pasien 49 tahun yakni merupakan usia perimenopause dimana mulai terjadinya kemunduran dari ovarium untuk terjadi ovulasi. Jika ovulasi tidak terjadi, progesteron tidak diproduksi, dan lapisan tidak meluruh. Endometrium dapat terus tumbuh sebagai respons terhadap estrogen. Sel-sel yang membentuk lapisan bisa berkumpul bersama dan mungkin menjadi tidak normal atau disebut dengan hyperplasia endometrium.


Kesimpulan 


Perdarahan uterus abnormal menjadi salah satu penyebab wanita pada masa pre-menopause datang menemui praktik pelayanan kesehatan. Penyebab dari perdarahan uterus abnormal dimudahkan dengan adanya sistem klasifikasi dari FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics) yakni sistem PALM-COEIN. Pendekatan pasien dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi sampai dengan pemeriksaan penunjang yang baik dan sistematis diperlukan agar dapat menegakkan diagnosis dan dapat memberikan intevensi yang tepat pada pasien.